Jakarta (ANTARA) - Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menggandeng Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dan Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) dalam pelatihan relawan penanganan stroke berbasis komunitas yang digelar di Jakarta, Jumat.
"Di tingkat dunia, Indonesia berada pada posisi ketiga tertinggi dalam jumlah kasus stroke," ujar Ketua Umum Yastroki, Mayjen (Purn.) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S, MARS, MH, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurutnya, edukasi dan kesiapan orang sekitar pasien saat serangan terjadi sangat krusial dalam menekan angka kematian akibat stroke.
Pelatihan ini melibatkan para dokter keluarga dari berbagai daerah di Indonesia yang berada di bawah naungan PDKI.
Baca juga: Kemenkes sebut CKG temukan 50 persen perempuan alami obesitas sentral
Baca juga: Begini mekanisme obat kolesterol yang umum digunakan
Para dokter dilatih untuk membekali masyarakat khususnya pengurus RT dan RW agar mampu menjadi stroke helper atau penolong pertama dalam kondisi darurat.
Adapun kegiatan praktik penanganan darurat dilakukan dengan alat peraga, dipandu langsung oleh tim KREKI yang diketuai Brigjen (Purn.) Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS.
Ia juga menekankan bahwa mengabaikan korban serangan penyakit mendadak dapat dikenai sanksi pidana, sebagaimana tertuang dalam Pasal 531 KUHP, dengan ancaman hukuman hingga tiga bulan penjara.
Ke depan, Yastroki berencana memperluas jaringan relawan hingga tingkat RT/RW di seluruh Indonesia.
Upaya ini akan disertai pemberian insentif bagi pengurus RT/RW yang terlibat, melalui dukungan pendanaan dari sektor swasta dan mitra lain.
Baca juga: Ini tips sehat Kemenkes cegah "heat stroke" saat Armuzna
Diketahui, gejala stroke seperti sakit kepala, demam, dan mulut miring harus segera ditangani dalam dua setengah jam setelah serangan atau yang disebut dengan waktu emas (golden time)
Penundaan, termasuk akibat administrasi pasien BPJS di rumah sakit dapat berdampak fatal.
Stroke di Indonesia banyak dipicu oleh hipertensi, disusul oleh paparan polusi dan kebiasaan merokok.
Untuk itu, selain pelatihan komunitas, Yastroki tengah mengembangkan program penilaian layanan rumah sakit bertajuk 'Rumah Sakit Ramah Stroke', agar masyarakat mendapatkan referensi fasilitas kesehatan yang responsif terhadap kasus stroke.
"Mengambil langkah penilaian pelayanan rumah sakit terbaik bagi penderita stroke, sehingga dapat menjadi panduan terbaik bagi warga masyarakat yang butuh pengobatan," katanya.