Samarinda (ANTARA) - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berupaya meningkatkan kualitas layanan urologi di wilayahnya, diwujudkan melalui lokakarya internasional mengenai Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS), sebuah terobosan dalam penanganan batu ginjal dengan menghadirkan langsung (menggandeng) pakar dari Amerika Serikat.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dokter Jaya Mualimin di Samarinda Kamis mengungkapkan, lokakarya internasional ini menjadi ajang berbagi ilmu dan eksplorasi inovasi teknologi terkini dalam RIRS.
Ia berharap lokakarya yang digelar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada 18-19 Juni 2025 itu dapat meningkatkan kompetensi multidisiplin para peserta melalui kombinasi pembelajaran teoritis, pelatihan praktis, dan pertukaran pengetahuan berbasis bukti.
"Kami berharap lokakarya ini berjalan lancar dan dapat menularkan ilmu kepada dokter urologi lainnya," ujar Jaya.
Baca juga: Dokter: Membatasi makanan tinggi gula dan garam bisa cegah batu ginjal
Baca juga: Guru besar FKUI lakukan pengkajian evolusi urologi pediatrik di Indonesia
Lokakarya yang berlangsung selama dua hari ini mencakup kuliah pakar, diskusi panel, presentasi kasus klinis, hingga tindakan langsung pada pasien.
RIRS adalah prosedur minimal invasif yang merevolusi penanganan batu ginjal dan patologi saluran kemih atas. Metode ini menggunakan ureteroskopi fleksibel yang dimasukkan melalui saluran kemih untuk mencapai lokasi batu ginjal, kemudian batu dihancurkan menggunakan laser.
Teknik ini menawarkan keunggulan seperti morbiditas lebih rendah, waktu pemulihan cepat, dan tingkat keberhasilan tinggi, terutama untuk batu berukuran kecil hingga sedang. Kelebihan RIRS dibandingkan metode konvensional seperti PCNL adalah prosedur tanpa sayatan, sehingga risiko infeksi dan komplikasi lebih rendah, serta pemulihan lebih cepat.
Lokakarya internasional ini menghadirkan narasumber ahli RIRS dari Amerika Serikat, yaitu Profesor Michael Grasso dan Doktor Mitchell Fraiman. Mereka didampingi oleh dokter Boyke Soebhali dan dokter Ricky Agave. Delapan dokter spesialis urologi dari berbagai kota di Indonesia, termasuk Balikpapan, Samarinda, Sangatta, Tenggarong, Bandung, Surabaya, dan Bali, turut serta sebagai peserta.
Baca juga: Mengenal testis tak turun pada anak dan efek jangka panjangnya
Plt Direktur RSUD AW Sjahranie, dokter Indah Purpita Sari menjelaskan bahwa meskipun RIRS memiliki potensi besar, adopsinya masih menghadapi tantangan. Hambatan tersebut meliputi variasi anatomi pasien, risiko komplikasi, serta kebutuhan akan keahlian teknis tinggi dan ketersediaan teknologi canggih.
Survei oleh European Association of Urology (EAU) menunjukkan bahwa kurangnya ketersediaan teknologi menjadi penghalang utama adopsi perkembangan terbaru pada RIRS.
"Setelah pelatihan ini, kami optimis tidak hanya dokter urologi di RSUD AW Sjahranie, tetapi seluruh Indonesia bisa mengaplikasikan dan menularkan teknologi ini di rumah sakit masing-masing," kata Indah.
Ia juga berharap melalui lokakarya ini dapat membawa RSUD AW Sjahranie menuju layanan urologi paripurna, terutama dengan penambahan transplantasi ginjal menggunakan metode RIRS yang merupakan metode baru.