Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Paru, dr. Yahya, Sp.P mengungkapkan bahwa penelitian tentang pengobatan terbaru penyakit tuberkulosis (TB) memang sudah ada, namun menurutnya belum ada hasil terapi yang memuaskan.
“Banyak penelitian tentang obat baru TB yang mempersingkat terapi, tetapi belum ada yang memuaskan,” ujarnya saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, pengobatan tuberkulosis di Indonesia hingga kini masih menggunakan metode atau standard yang ada atau lama.
Sementara soal pencegahan, ia menjelaskan terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat umum, di antaranya bagi anak usia bawah lima tahun (balita) sebaiknya melakukan vaksinasi BCG, mendapatkan asupan gizi yang baik serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kemudian pada anak remaja, kata dia, PHBS harus tetap diterapkan, bila diketahui mengalami gangguan kesehatan seperti batuk selama dua minggu atau lebih sebaiknya memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
“Segera ke sentra kesehatan bila batuk lebih dari dua minggu,” katanya.
Ia juga menyarankan agar orang tua dapat memberikan asupan gizi yang baik bagi remaja serta tidak lupa untuk menerapkan etika batuk.
Lebih lanjut, upaya pencegahan pada dewasa juga dapat dilakukan melalui penerapan PHBS, berhenti merokok serta secara berkala melakukan medical check up (MCU) atau pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatan dan mendeteksi penyakit atau kesehatan sejak awal.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TBC sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
"Jangan ragu untuk lapor dan periksa ke faskes (fasilitas kesehatan). Bila memiliki gejala yang mirip TBC, maka bisa segera diatasi agar tak menyebar. Hilangkan rasa malu itu. Pengobatan ini gratis," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono kemarin.
Ia menekankan kepada semua pihak untuk ikut terlibat aktif menghilangkan stigma negatif tentang kasus TBC dan mengajak penderita mengikuti pendampingan pengobatan oleh kader hingga sembuh karena layanan yang diberikan gratis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penelitian soal TBC banyak, namun belum ada terapi yang memuaskan