Jakarta (ANTARA) - C Derma memberikan edukasi terkait vitiligo dalam rangka menyambut bulan vitiligo sedunia untuk mendobrak stigma dalam masyarakat.
“Vitiligo merupakan tantangan besar bagi kami para dokter dermatologi,” ujar Dokter Spesialis Dermatovnereologi dan Estetika di C Derma Dr. Maureen Situmeang, SpDVE dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan dampak vitiligo bukan hanya terlihat pada kulit, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup dan kepercayaan diri pasien.
"Karena itu, kami menyediakan terapi yang presisi, menargetkan area bercak kulit tanpa memberikan dampak negatif pada kulit normal,” jelas dr Maureen
Momentum ini pun digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang vitiligo, mengurangi stigma, serta mendukung penelitian dan perawatan bagi mereka yang hidup dengan kondisi ini.
Vitiligo sendiri adalah kelainan pigmentasi kulit yang terjadi akibat hilangnya melanin, sehingga memunculkan bercak-bercak putih yang tampak kontras dengan warna kulit asli.
Menurut publikasi ilmiah di Indonesia, prevalensi vitiligo berkisar antara 0,2–2 persen, sejalan dengan angka prevalensi global. Menariknya, vitiligo sering muncul pada usia muda, dengan rata-rata awal kemunculan sekitar 7,3 tahun.
Selama bulan Vitiligo ini, masyarakat didorong untuk membagikan informasi edukatif melalui media sosial, mengikuti kampanye kesadaran vitiligo dan mendukung organisasi dan klinik yang fokus pada penelitian serta perawatan vitiligo
Orang tua salah satu pasien C Derma, Aloysius Wahyu, bercerita bahwa bercak vitiligo pertama kali muncul pada kulit sang anak ketika berusia lima tahun.
Pada mulanya, keluarga hanya memberikan salep dari dokter di rumah sakit, namun tidak kunjung ada perubahan, bercak bahkan mulai melebar.
Namun, setelah melakukan konsultasi dan terapi kombinasi, kondisi sang putri menjadi jauh lebih baik dan tidak ada bercak putih yang muncul kembali. Menurutnya, keberhasilan perawatan membutuhkan komitmen untuk menjalani terapi secara rutin dan konsisten.