Jakarta (ANTARA) - Budaya Betawi, terutama seni, menjadi perhatian Pramono Anung dan Rano Karno (Doel), pemimpin baru Jakarta hingga lima tahun ke depan. Selain karena alasan pelestarian, budaya Betawi juga dinilai dapat menjadi daya tarik Jakarta di tingkat internasional.
Berbicara tentang Betawi, salah satu yang tak bisa dilepaskan adalah ondel-ondel. Sepasang boneka raksasa terbuat dari anyaman bambu berhiaskan pakaian dan aksesoris mirip manusia itu belakangan ini disorot Pram dan Rano.
Simbol kota Jakarta itu semakin rajin wara-wiri di jalanan ibu kota. Fenomena ini mengundang tanggapan yang dilematis. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa ini adalah upaya mengenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas, tapi di sisi lain tak sedikit yang menyayangkan pemanfaatan ondel-ondel sebagai alat mengais uang di jalan.
"Silahkan ondel-ondel dimanfaatkan, tapi jangan dibawa keliling kampung atau kota apalagi untuk mengamen," kata Irene, warga asal Cilincing, Jakarta Utara
Menyikapi semakin maraknya ondel-ondel yang identik dengan seni pertunjukan di berbagai acara Betawi itu dimanfaatkan untuk mengamen, peraturan daerah (Perda) tentang larangan ondel-ondel mengamen pun disusun.
Baca juga: Sambut HUT DKI Jakarta ke-494, Ancol siapkan atraksi ondel-ondel di bawah air
Gayung bersambut, aturan pelarangan ondel-ondel mendapat dukungan penuh dari DPRD DKI Jakarta. Ketua DPRD DKI Jakarta, Khoirudin yang asli anak Betawi mengatakan mengamen menggunakan instrumen budaya seperti ondel-ondel itu sama saja merendahkan pemilik budaya itu sendiri.
Saat ini, DPRD DKI menunggu draf Perda terkait larangan penggunaan ondel-ondel untuk alat mengamen yang telah dibahas oleh para ahli dan praktisi kebudayaan.
Semula, Perda itu ditargetkan rampung sebelum puncak peringatan HUT ke-498 kota Jakarta. Lalu, mundur hingga momentum perayaan lima abad Jakarta atau dua tahun dari sekarang.
Aturan disusun untuk memberikan dukungan dan ruang agar seniman ondel-ondel bisa tampil secara layak dan ondel-ondel pun tak dianggap remeh.
Sembari menunggu perda selesai, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Sosial (Dinsos), dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (DTKE) mengawasi agar tak ada lagi ondel-ondel mengemis di jalanan, mengganggu ketertiban umum, dan memperkerjakan anak di bawah umur.
Lalu, dari mana seniman ondel-ondel bisa meraup rupiah bila mengamen yang menjadi sumber nafkah mereka dilarang?
Baca juga: Pengamen ondel-ondel di Depok akan ditindak tegas
Kepala Disbud DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary mengatakan tetap membuka kesempatan pada seniman tampil di ruang publik yakni ngarak dan nanggap semisal di mal dan di taman-taman Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB).
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga memberdayakan seniman pada acara-acara kebudayaan dan membawa mereka sebagai delegasi pada misi kebudayaan di luar negeri.
Langkah lainnya yakni memberikan keterampilan bagi para pelaku seni ondel-ondel contohnya membuat suvenir, hiasan kembang kelapa, membuat miniatur ondel-ondel serta ondel-ondel yang sesuai dengan peraturan, serta memberikan keterampilan bermain musik gambang kromong minimalis.
Sejak tahun 2022 Pemprov DKI telah dan terus melakukan pembinaan dan apresiasi kepada komunitas ondel-ondel. Dinas Kebudayaan membina pelaku seni ondel-ondel melalui dua komunitas besar yakni Komunitas Ondel-Ondel DKI Jakarta (KOODJA) dan Asosiasi Ondel-Ondel Indonesia (ASOI).
Saat ini, tercatat sebanyak 35 sanggar atau pelaku seni ondel-ondel yang dibina. Dari jumlah ini, 17 sanggar dibina melalui KOODJA, dan sisanya oleh ASOI.
Lalu, untuk lebih memperkuat pemanfaatan ondel-ondel sebagai ikon Budaya Betawi, dalam 100 hari kerja Pram-Doel telah dikeluarkan Seruan Gubernur Nomor 2/SE/2025 tentang Penempatan Ikon Betawi di Hotel.
Harapannya, kata Miftah, bukan hanya sektor pemerintah yang akan gencar menyematkan ikon Budaya Betawi, tapi juga melibatkan pihak nonpemerintah misalnya pengelola hotel, city hub, dan pengelola tempat publik, yang juga memegang peran penting untuk melestarikan ondel-ondel sebagai warisan budaya Betawi.
Terkait dengan itu, pada 28 Juni mendatang, akan diadakan Festival Ondel-ondel di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang akan menampilkan 35 pasang ondel-ondel dari sanggar binaan dari Disbud DKI Jakarta.
Baca juga: Komentar Rano Karno lihat ondel-ondel mengamen di jalan
Bukan melulu ondel-ondel
Tak hanya ondel-ondel, upaya lain yang dilakukan Pramono-Rano untuk mengangkat budaya Betawi di Jakarta adalah dengan membuat pembatas antarkota bernuansa Betawi.
Selain itu, rencana mengadakan kegiatan Lebaran Betawi tidak hanya di tingkat provinsi saja tetapi juga diselenggarakan di tingkat kota dan kabupaten agar bisa lebih semarak.
Pemberian hantaran atau seserahan yang menjadi bagian rangkaian acara di Lebaran Betawi, nantinya melibatkan lurah dan camat wilayah masing-masing. Ini berbeda dengan Lebaran Betawi tingkat provinsi yang hantarannya dibawa oleh Wali Kota dan diserahkan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur.
Pramono juga secara khusus meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menamai rumah sakit dengan nama tokoh-tokoh Betawi sebagai komitmen terhadap kemajuan budaya Betawi.
Pemprov DKI saat ini berupaya menyelesaikan rancangan Lembaga Adat Betawi. Pramono dan Rano mengatakan akan turun tangan langsung bila rancangan tersebut tak kunjung rampung.
Menurut Pramono dan Rano, pascapenetapan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2024, status Jakarta telah berubah dari Ibu Kota Negara menjadi Provinsi dengan Kekhususan Ekonomi Nasional dan Kota Global. Perubahan ini membawa 19 kewenangan baru bagi Pemprov DKI Jakarta, salah satunya penguatan sektor kebudayaan.
Angin segar tampaknya segera berhembus untuk budaya Betawi, agar terus lestari di kotanya sendiri, Jakarta, dan dikenal semakin luas di daerah lain, bahkan hingga manca negara. Dimulai dari ondel-ondel yang merupakan simbol Jakarta, lalu lainnya termasuk Lembaga Adat Betawi.
Ondel-ondel nonton konser di GBK,
Sambil nyanyi K-pop campur J-pop juga.
Jakarta kini kota rasa semesta,
Ragam budaya, semuanya bisa!
Ondel-ondel nongkrong di kafe rooftop,
Ngopi latte sambil baca e-book.
Jakarta terus naik level, mantap nonstop,
Teknologi jalan, tapi budaya tetap ngibung!